Pengorganisasian materi IPS yang banyak digunakan dalam kurikulum sekolah sekarang ini, adalah pendekatan lingkungan yang semakin meluas atau expanding environments approach seperti dikatakan Sunal tahun 1990. Walaupun pendekatan tersebut banyak mendapatkan kritik dan berbagai pihak, seperti pendekatan ini tidak memberikan pengajaran kepada anak sejak dini tentang kepedulian, pendekatan ini lebih berorientasi kepada tingkat usia atau kelas bahkan Schneider, menyebutnya sebagai penyusunan tradisional merupakan cara yang kurang ilmiah atau lack of scholary subtance. Namun kenyataannya pengorganisasian bahan pengajaran melalui pendekatan lingkungan meluas, sampai saat ini yang banyak digunakan dalam pengajaran IPS dibandingkan dengan cara yang lainnya, seperti proyek sosial Minesota yang dikembangkan oleh Capron dan proyek modul peran sosial yang dikembangkan oleh Superka dan Hawke.
Pengorganisasian bahan dengan menggunakan pendekatan lingkungan yang semakin meluas sebetulnya pertama kali diusulkan oleh Hanna pada tahun 1955. Dalam usulannya itu, Hanna menggabungkan pendekatan lingkungan meluas tersebut dengan tema-tema pokok yang dinamakannya sebagai kegiatankegiatan dasar manusia dalam masyarakat.
Di Indonesia pengorganisasian materi IPS pada tingkat Sekolah Dasar sejak kurikulum tahun, 1968, 1975 dan 1994 pada umumnya menganut pendekatan Iingkungan masyarakat yang semakin meluas. Dalam kurikulum tahun 1968 sebutan pengajaran IPS belum dikenal. Yang dijelaskan disitu adalah Pendidikan Kewarganegaraan meliputi sejarah Indonesia, ilmu bumi, dan kewarganegaraan. Mata pelajaran ini, di dalam kurikulum termasuk segi pendidikan kelompok pembinaan kiwa pancasila. Segi pendidikan ini merupakan jalinan (korelasi) segi pendidikan ilmu bumi, sejarah dan pengetahuan kewarganegaraan.
Bahan untuk kelas satu pesan-pesan IPS disalurkan melalui pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, yaitu tentang kehidupan di rumah dan sekitarnya yang menyangkut hubungan sosial termasuk kekeluargaan, sopan santun, kegotongroyongan, tanggung jawab, serta tata tertib di jalan, sekolah dan sekitarnya, hari Id, natal, hari proklamasi dan sebangsanya. Demikian halnya di kelas dua, mengenai kehidupan desa, kota, tertib lalulintas, arah, waktu sehari, ceritera rakyat dan ceritera pahlawan.
Kelas tiga mempelajari kedelapan penjuru angin, kecamatan, pemerintahan, dan tokoh daerah. Kelas empat sudah mempelajari seluruh tanah air, termasuk provinsi-provinsi, tokoh-tokoh proklamasi, transportasi dan pemerintah daerah. Kelas lima tentang tanah air diteruskan negara tetangga sudah dipelajari secara sistimatik.
Yang lainnya ialah sejarah pergerakan nasional dan pancasila. Kelas enam sudah lebih luas walaupun tanah air tetap dikaji. Pengenalan negara tetangga diteruskan. Bahan belajar lain ialah tentang migrasi, pembangunan nasional, asal usul bangsa, perjuangan mempertahankan dan memelihara tanah air, pahlawan, PBB, dan dunia.
Pendekatan meluas ini tampak pula pada buku pedoman umum Ilmu Pengetahuan Sosial (Depdikbud, 1973 ) yang terbit sebelum kurikulum 1975 lahir. Di kelas satu disajikan tentang rumah, sekolah, lingkungan sekitar rumah RT, RW, terus menyempit. Sebaliknya bahan tentang tanah air Indonesia mulai disajikan. Demikian pula tentang dunia intemasional sudah mulai diperkenalkan sejak kelas dua. Bahan belajar tentang dunia internasional mencapai keluasaan tertinggi diberikan di kelas VI.
Pada kurikulum sekolah dasar tahun 1994, ruang lingkup pengetahuan sosial mencakup : keluarga, masyarakat, uang, tabungan, pajak, ekonomi setempat, wilayah provinsi, wilayah kepulauan, pemerintah daerah, negara Republik Indonesia, dan pengenalan kawasan dunia. Sedangkan pengajaran sejarah meliputi : sejarah lokal, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan bersejarah, Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda, dan pendudukan Jepang, serta beberap peristiwa penting pada masa kemerdekaan.
Di samping dua pendekatan tersebut di atas, terdapat pula pendekatan yang berhubungan dengan tingkat keterpaduan materi program IPS, pada tingkat sekolah dasar dilakukan secara terpadu (integrated) di mana konsep-konsep dari berbagai disipiln ilmu sosial dipadukan untuk mengkaji memahami suatu pokok permasalahan/topik.
Melalui ruang lingkup dari kecil hingga meluas, merupakan materi yang harus diajarkan pada tingkat sekolah dasar, dan tentunya pada tingkat seterusnya materi pelajaran lebih di perluas. Pada akhirnya seorang siswa akan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang bermula pada lingkungannya sendiri hingga lingkungan dunia. Semoga.***
Pembelajaran IPS di SD, dilaksanakan pada kelas 5 SD Negeri Cibiru X Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman empiric dalam mengembangkan dan menerapkan srategi pembelajaran IPS di SD melalui pengajaran konsep. Penelitian dilakukan saecara kolaborasi antara peneliti sebagai tenaga edukatif akademik di ingkungan PGSD dengan guru kelas sehingga sebagai praktisi tenaga kependidikan dasar di lapangan dapat meningkatkan proses hasil pembelajaran IPS di SD.sasaran lanjut pelaksanaan kolaborasi studi ini diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan dan hambatan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Dari proses pelaksanaan, diproleh hasil bahwa : guru kelas 5 SD Negeri Cibiru x telah megetahui model pengajaran konsep sebagai pengetahuaan teoritik, tetapi tidak pernah menerapkan karena memandang lebih sukar disbanding pola mengajar yang telah biasa dilakukannya. Guru kelas 5 SD Cibiru x bersikap terbuka dan menunujukan keinginan yang besar untuk mengembangkan kemampuan dalam mengalola pembelajaran IPS sehingga proses kolaborasi ini berhasil dilaksanakan da mencapai sasaran.
Prosedur Pengembangkan program peneletian tindakan kelas ini, dirancang pada setiap siklusnay terdiri dari lima tahap, yakni “ orentasi perencanaan, tindakan. Observasi, dan repleksi. Adapun hasil kongritnaya dapat dilihat dari siklus pelaksanaan, mulai dari tindakan I hingga 4 antara lain : pada tindakan pertama dan kedua, pembelajaran kurang efektif,seperti kurang kemampuan guru dalam penguasaan bahan pelajaran, penguasaan strategi pembelajaran konsep termasuk didalamnya kemampuan mengorganisasikan bahan pelajaran IPS pada tindakan ke tiga dan keempat terdapat perubahan derastis dan peningkatan setelah tim peneliti guru kelas mengadakan peninjauan kembali terhadap rencana pembelajaran berikut kegiatan pembelajarannya.
Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu dengan cara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk membantu kelancaran pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pada pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan
Pelaksanan penelitian tindakan kelas ini, telah menghasilkan perubahan-perubahan positf dan peningkatan yang mencakup perubahan sikp belajar dan hasil pembelajaran IPS. Adapun perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi : (1) .guru kelas dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan srategi pengajaran kosep IPS,(2). Srategi pembelajaran konsep dapat meningkatkan aktivitas, kraetivitas, dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS. (3). Minat belajar IPS tinggi, (4). Hasilbelajar IPs Meningkat .
Hasil penelitian tindakan ini, direkomendasikan kepada pihak terkait untuk mengembangkan model pengajaran konsep sebagai salah satu jalan keluar dari persoalan rendahnya mutu dan hasil pembelajaran IPS, khususnaya di sekolah dasar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar